Mpd.umsida.ac.id – Pendidikan inklusi semakin menegaskan kehadirannya sebagai bentuk keadilan sosial dalam dunia pendidikan. Di balik keberhasilannya, terdapat peran penting dari para shadow teacher—pendidik pendamping yang menjadi penghubung antara anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan sistem pendidikan reguler. Studi terbaru dari dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Nusaibatush Sholihah dan Istikomah, menyoroti praktik dan efektivitas peran shadow teacher di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah Bangil.
Baca Juga: Transformasi Pendidikan Inklusif di Era Digital, Modifikasi Kurikulum Berbasis Aplikasi On-Line
Melalui pendekatan kualitatif studi kasus, penelitian ini menunjukkan bahwa shadow teacher memegang peranan krusial dalam memastikan ABK memperoleh hak pendidikan secara utuh, baik dari sisi akademik, sosial, emosional, hingga spiritual.
Menjawab Kebutuhan Pendidikan yang Adil dan Setara
Pendidikan inklusif merupakan sistem yang memberikan kesempatan kepada setiap anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, untuk belajar bersama di sekolah reguler. Konsep ini berangkat dari semangat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 yang menegaskan pentingnya layanan pendidikan inklusi.
Di SD Muhammadiyah Bangil, inklusivitas bukan sekadar jargon. Dari total 430 siswa di tahun ajaran 2024/2025, sebanyak 25 anak tercatat sebagai siswa inklusi. Setiap anak tersebut didampingi oleh satu shadow teacher, menunjukkan komitmen lembaga terhadap personalisasi pendidikan.
Shadow teacher hadir sebagai jawaban atas keterbatasan guru reguler yang sering mengalami kesulitan dalam menangani siswa ABK. Keberadaan mereka bukan untuk menggantikan peran guru, melainkan menjadi mitra dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan pendekatan yang lebih spesifik dan disesuaikan dengan kebutuhan individual siswa.
Pendampingan Personal yang Meningkatkan Kemandirian Inklusi ABK
Dalam keseharian, shadow teacher tidak hanya bertugas mendampingi ABK selama pembelajaran berlangsung. Mereka hadir sejak pagi, membantu anak beradaptasi dengan lingkungan sekolah, memahami instruksi guru reguler, dan menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan teknik yang sesuai.
Salah satu contoh implementasi nyata dari pendampingan tersebut adalah kegiatan keterampilan hidup (life skill). Melalui kegiatan seperti menggunting pola, meronce manik-manik, hingga mewarnai, siswa ABK dilatih untuk mengasah koordinasi motorik kasar dan halus. Shadow teacher membimbing dengan pendekatan yang menyenangkan dan edukatif.
Tak hanya pada aspek kognitif dan keterampilan, pendampingan juga menjangkau dimensi spiritual. Dalam kegiatan rutin membaca Al-Qur’an dan shalat berjamaah, shadow teacher berperan mengajarkan huruf hijaiyah, doa harian, hingga membantu memahami makna bacaan shalat. Dengan cara ini, ABK tidak hanya diajak menghafal, tetapi juga mengalami proses pendidikan agama yang bermakna.
Kehadiran shadow teacher telah memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan rasa percaya diri, kedisiplinan, serta kemandirian ABK di lingkungan sekolah.
Kolaborasi dan Inovasi Pembelajaran yang Terarah
Penelitian ini juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara orang tua, guru kelas, dan shadow teacher. Ketiganya merupakan ekosistem pendidikan inklusif yang saling mendukung. Guru bertanggung jawab terhadap desain pembelajaran, orang tua menjadi mitra dalam proses pemahaman karakter anak di rumah, sementara shadow teacher menjembatani keduanya dalam pelaksanaan di sekolah.
Dalam proses pembelajaran, shadow teacher menggunakan berbagai pendekatan multisensori. Beberapa anak lebih responsif terhadap visual, sementara yang lain lebih mudah memahami melalui praktik langsung atau pendengaran. Dengan mengadopsi teknik pembelajaran ini, shadow teacher mampu menyampaikan materi dengan cara yang efektif dan mudah dipahami.
Lebih lanjut, shadow teacher juga membantu pengembangan perilaku positif. Mereka membimbing siswa untuk mengendalikan emosi, memahami norma sosial, serta bersikap mandiri dalam menyelesaikan tugas dan aktivitas harian. Semua ini dilakukan dengan sabar dan konsisten, sebagai bentuk komitmen terhadap perkembangan karakter anak.
Baca Juga: FAI Umsida Kenalkan Kampus Islam Unggul Kepada Lebih 600 Santri & 3 Pesantren di Kediri
Penelitian yang dilakukan oleh tim dosen MPD Umsida ini menegaskan bahwa keberadaan shadow teacher bukan sekadar pelengkap, melainkan komponen strategis dalam sistem pendidikan inklusif yang utuh. Dengan pelatihan yang tepat dan pemahaman mendalam tentang kebutuhan ABK, shadow teacher dapat menjadi agen perubahan yang menghubungkan mimpi anak-anak berkebutuhan khusus dengan realitas pendidikan yang manusiawi dan berkeadilan.
Sumber:
Nusaibatush Sholihah & Istikomah. (2025). Peran Shadow Teacher dalam Mendampingi Siswa Inklusi di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (JIIP), Vol. 8, No. 3, Maret 2025, hlm. 2848–2855. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
.