Hikmah Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir: Inspirasi Manajemen Pendidikan Islam ala MPD Umsida

Mpd.umsida.ac.id – Dalam dunia pendidikan Islam, proses pembelajaran tidak hanya sekadar transfer ilmu, melainkan juga pembentukan karakter, kesabaran, dan sikap rendah hati. Hal ini tergambar dalam kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS sebagaimana termuat dalam Surah Al-Kahfi ayat 60–82, yang baru-baru ini dianalisis dalam sebuah riset oleh dosen Program Magister Pendidikan Islam (MPI) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).

Baca Juga:Prof Syafiq, Dosen S2 MPI Umsida: Modernisasi Jadi Ciri Khas Cara Berpikir Muhammadiyah

Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya nilai-nilai manajemen pendidikan Islam yang diilhami dari kisah dua nabi tersebut. Kisah ini menjadi referensi berharga bagi mahasiswa Magister Pendidikan Dasar (MPD) Umsida dalam memperdalam pemahaman tentang relasi guru-murid, metode pembelajaran, dan etika dalam proses pendidikan.

Belajar dari Keteladanan Nabi Musa dan Nabi Khidir

Dalam narasi Al-Qur’an, Nabi Musa diperintahkan untuk berguru kepada Nabi Khidir guna memahami ilmu-ilmu yang tidak kasat mata. Proses belajar yang dialami Nabi Musa, penuh dengan tantangan dan ujian kesabaran, mengajarkan bahwa dalam dunia pendidikan, murid harus memiliki kesabaran tinggi, komitmen kuat, serta adab yang luhur terhadap gurunya.

Dari sudut pandang manajemen pendidikan Islam, ini menekankan pentingnya proses — bahwa memahami ilmu tidak bisa instan, melainkan memerlukan perjalanan, pengorbanan, dan kerendahan hati. Guru sebagai pendidik diibaratkan seperti Nabi Khidir yang mengajarkan ilmu tidak hanya dengan teori, tetapi juga dengan pengalaman nyata di lapangan.

“Kisah ini menggambarkan bahwa seorang pendidik harus ikhlas dalam mengajar, sabar menghadapi keunikan setiap peserta didik, serta mampu mengelola dinamika pembelajaran dengan bijaksana,” ungkap salah satu dosen MPI Umsida yang terlibat dalam analisis ini.

Relevansi Nilai Pendidikan Islam dalam Konteks Kekinian

Dalam kisah tersebut, Nabi Musa harus menyiapkan bekal dalam perjalanan mencari ilmu. Ini mengajarkan kepada mahasiswa dan pendidik masa kini bahwa persiapan matang, baik secara akademik maupun mental, adalah bagian penting dalam manajemen pendidikan.

Selain itu, Nabi Khidir membangun kesepakatan pembelajaran di awal pertemuan: murid tidak boleh bertanya sampai guru menjelaskan pada waktunya. Ini sejalan dengan prinsip contract learning dalam pendidikan modern — penetapan aturan main untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan terarah.

Lebih jauh, kesediaan Nabi Musa untuk mengakui kesalahan dan menerima konsekuensinya menunjukkan pentingnya sikap tanggung jawab dalam proses belajar. Sikap ini harus ditanamkan kepada setiap mahasiswa MPD Umsida sebagai bagian dari pembentukan karakter akademik.

Implementasi dalam Sistem Pembelajaran MPD Umsida

Program Studi Magister Pendidikan Dasar (MPD) Umsida berkomitmen mengintegrasikan nilai-nilai dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir ini ke dalam kurikulum dan metode pembelajarannya. Hal ini tercermin dalam beberapa aspek berikut:

  • Pendidikan berbasis karakter: Tidak hanya mengejar kompetensi akademik, MPD Umsida membentuk mahasiswa agar memiliki akhlakul karimah, rasa hormat terhadap ilmu, dan semangat berkontribusi kepada masyarakat.
  • Model pembelajaran berbasis proses: Seperti halnya perjalanan Nabi Musa, proses belajar di MPD Umsida mementingkan tahapan, kesabaran, serta evaluasi berkelanjutan dalam mencapai hasil.
  • Pendekatan personal dalam pembimbingan: Dosen-dosen MPD Umsida diharapkan meneladani sikap Nabi Khidir dalam membimbing mahasiswa secara personal, memahami karakteristik individual mahasiswa, dan mengarahkan mereka dengan penuh kesabaran.

“Sebagaimana Nabi Musa tidak memahami semua hikmah dalam perjalanannya bersama Nabi Khidir, mahasiswa pun harus belajar bahwa tidak semua ilmu bisa dipahami seketika. Kesabaran dan keikhlasan dalam belajar adalah kunci sukses,” tutur salah satu dosen pembimbing MPD Umsida.

Refleksi: Membentuk Generasi Pendidik Qurani

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir menjadi cermin bagi pendidik dan peserta didik saat ini untuk senantiasa memperbaiki diri dalam perjalanan mencari ilmu. Spirit pendidikan berbasis iman, adab, dan pengelolaan diri ini sejalan dengan visi MPD Umsida untuk mencetak pendidik profesional yang Qurani, berkarakter, dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Baca Juga: Dosen FAI Umsida Bahas Kekerasan Seksual di Kalangan Pelajar dan Solusinya Melalui Pendidikan Karakter

Dengan memahami esensi kisah ini, diharapkan para mahasiswa MPD Umsida tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga mampu menjadi pelopor pendidikan bermutu dan berkarakter Islami di tengah masyarakat.

Sumber:TADBIR: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
P-ISSN: 2338:6673; E:ISSN 2442:8280
Vol. 13. No. 01. Februari, 2025, Hal: 50-68