Mpd.umsida.ac.id – Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) mengambil langkah strategis dalam menghadapi era Society 5.0 dengan mengembangkan kurikulum dan sumber daya manusia (SDM) yang adaptif terhadap teknologi Artificial Intelligence (AI) sekaligus berlandaskan nilai-nilai Islam.
Baca Juga: Prof Syafiq A Mughni Bahas Metode Tarjih Dalam Memahami Agama Islam di Baitul Arqam Umsida
Upaya ini dilakukan untuk memastikan lulusan tetap relevan di dunia kerja, memiliki daya saing global, dan mampu berkontribusi positif di tengah perkembangan teknologi yang sangat pesat.
Dekan FAI Umsida menyampaikan bahwa perubahan besar dalam dunia pendidikan menuntut setiap institusi untuk sigap beradaptasi. “Kami tidak ingin lulusan hanya mahir secara akademik, tetapi juga memiliki kemampuan menggunakan teknologi secara etis, khususnya AI. Ini bagian dari komitmen kami memadukan keunggulan teknologi dengan nilai-nilai Islam,” ujarnya.
Tantangan Era Digital untuk Pendidikan Islam FAI
Era Society 5.0 membawa tantangan baru bagi dunia pendidikan, termasuk perguruan tinggi Islam. Konsep ini memadukan kemajuan teknologi seperti Internet of Things (IoT), big data, dan AI untuk memecahkan berbagai persoalan sosial. Salah satu teknologi yang semakin populer adalah ChatGPT, AI berbasis bahasa yang mampu menjawab pertanyaan agama hingga menerjemahkan kitab klasik.
Kemampuan ini, meskipun bermanfaat, juga menimbulkan kekhawatiran akan tergesernya peran guru. AI dapat menyediakan jawaban cepat dan akurat, namun belum tentu memahami konteks nilai-nilai moral dan spiritual secara mendalam. Karena itu, FAI Umsida menilai perlu adanya strategi yang memastikan peran pendidik tetap penting, dengan memposisikan AI sebagai alat bantu, bukan pengganti.
“Perubahan teknologi memang tidak bisa dihindari. Namun, perguruan tinggi Islam memiliki tanggung jawab untuk memastikan generasi yang dihasilkan tidak kehilangan identitas moralnya. Kami ingin lulusan mampu berkolaborasi dengan AI, bukan sekadar bergantung pada teknologi,” kata salah satu dosen senior FAI Umsida.
Analisis Internal dan Eksternal sebagai Landasan Strategi
FAI Umsida melakukan analisis eksternal yang menunjukkan perlunya pengembangan di berbagai bidang, mulai dari kurikulum, SDM, sarana prasarana, penelitian, hingga kerja sama dengan industri dan dunia usaha. Dunia kerja saat ini menuntut kemampuan memanfaatkan teknologi, sehingga lulusan perlu dibekali keterampilan tersebut sejak di bangku kuliah.
Analisis internal juga mengungkap tantangan di kalangan dosen. Sebagian masih belum menguasai teknologi AI secara optimal karena perbedaan generasi dan pertimbangan etika penggunaannya. “Perbedaan cara pandang ini wajar, tetapi kita harus memastikan semua tenaga pendidik siap menghadapi perubahan. Oleh karena itu, kami mengadakan pelatihan formal, kursus online, hingga program sertifikasi untuk dosen,” jelas dekan.
Program peningkatan kapasitas ini bertujuan menyamakan kompetensi seluruh dosen, sehingga mereka dapat mengintegrasikan teknologi AI ke dalam proses belajar-mengajar. Selain itu, kurikulum diperbarui agar mencakup pembahasan tentang AI dan etika penggunaannya sesuai prinsip-prinsip Islam.
Integrasi Nilai Islam dalam Pemanfaatan AI
Pengembangan kurikulum di FAI Umsida tidak hanya menitikberatkan pada penguasaan teknologi, tetapi juga pada pendidikan karakter dan moral. Lulusan diharapkan mampu memanfaatkan AI untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan pekerjaan tanpa melanggar nilai-nilai Islam.
Pendidikan karakter menjadi kunci agar mahasiswa tidak sekadar pintar secara intelektual, tetapi juga bijak dalam mengambil keputusan. FAI Umsida memandang bahwa nilai-nilai akhlak, moral, dan keteladanan adalah bagian yang tidak dapat digantikan oleh AI, betapapun canggihnya teknologi tersebut.
“AI mungkin bisa menjawab pertanyaan atau membuat analisis cepat, tetapi tidak bisa menggantikan rasa empati, akhlak mulia, dan kepekaan spiritual yang dimiliki manusia. Di sinilah lulusan FAI Umsida akan memiliki keunggulan kompetitif,” ungkap salah satu pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan Islam.
Integrasi nilai Islam dalam pemanfaatan AI juga berarti lulusan harus mampu menjadi agen perubahan di masyarakat. Mereka tidak hanya mengajarkan pemanfaatan teknologi, tetapi juga mengedukasi tentang batasan dan etika penggunaannya. Dengan demikian, teknologi benar-benar menjadi alat untuk memajukan peradaban, bukan sebaliknya.
Dengan strategi ini, FAI Umsida, khususnya Manajamen pendidikan islam menegaskan komitmennya untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten di bidangnya, tetapi juga memiliki integritas moral dan spiritual.
Baca Juga: Dekan FAI Tekankan Pentingnya Kepemimpinan yang Jujur dan Berdampak dalam Simposium BEM FAI Umsida
Ke depan, fakultas ini akan terus memperkuat kerja sama dengan berbagai pihak, memperbarui kurikulum, dan meningkatkan kapasitas dosen, sehingga siap menjawab tantangan era AI dan Society 5.0 dengan solusi yang inovatif, adaptif, dan Islami.
Penulis: Akhmad Hasbul Wafi